hhttp://suaramirza.blogspot.com

Popular Posts

Pages

Muhammad Mirza. Diberdayakan oleh Blogger.

Pendengar

Sekilas tentang Orang Skotlandia Pencipta Nama Negara kita

Monumen untuk Mengenang si Pencipta nama negara kita,yaitu Pak Richardson Logan yang terdapat di Penang,Malaysia
Nama Indonesia bibitnya berasal dari Journal of the Eastern Asia (JIAEA), yang terdapat di Majalah Ilmiah tahunan Singapura pada tahun 1847. 

JIAE diasuh oleh James Richardson Logan yang berasal dari Skotlandia (1819 - 1869), kemudian pada Tahun 1849,Etnolog (disebut pula sebagai Antropolog),yang berasal dari Bangsa Inggris,yaitu George Samuel Windsor (1813 - 1865),kemudian beliau bergabung dengan JIAE.  

Beliau menciptakan Nama Indonesia yang merangkumi,seluruh Kepulauan yang dihuni oleh Ras Melayu Mongoloid atau Sawo Matang (disebut pula Kepulauan Melayu - Nusantara). 


Catatan Kaki : Etnolog atau Antropolog adalah Seseorang yang Ahli atau Mendalami Ilmu tentang Peradaban dari beragam Bangsa,Ethnos adalah Kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "Bangsa".
< >

Percakapan dan Pemikiran Kuantum

Mungkin seperti inilah Penampilan mereka nun jauh di sana
Ketika kita membicarakan tentang kemungkinan adanya Kehidupan di Planet lain seperti di Bumi,secara Ilmu Kuantum ada kemungkinan besar mereka pun sedang berpikir begitu. 

Nun jauh di sebuah Planet yang berjarak sekitar Puluhan Tahun Cahaya dari Bumi,beberapa orang dari sebuah Puak yang masih agak Terbelakang (mirip kehidupan di Bumi berabad-abad yang lampau atau di Daerah Pedalaman),mereka sedang menatap ke Langit dan menanyakan Hal yang sama dengan kita (Manusia Bumi).

Terawangan Seorang Kepala Suku   

 Pada saat mereka sedang berkumpul (di sekitar Api Unggun),salah satu diantara mereka bertanya kepada si Kepala Suku :                                               

Si Penanya : Menurut Datuk adakah kemungkingan Kehidupan di Planet lain seperti kita?


Si Kepala Suku : Dia lalu menatap ke arah langit,ke sebuah Bintang (Bintang itu adalah Matahari kita) dan mempergunakan Pengelihatan Gaibnya yang bisa menembus Ruang dan Waktu tanpa Hambatan,setelah dia terdiam sejenak lalu dia berkata,aku melihat sekumpulan Mahluk seperti kita,diantara Bangunan-Bangunan Tinggi,mereka belakangan ini lebih senang menghabiskan waktu mereka di depan Kotak Bercahaya (TV dan Komputer) dan bergaul di udara (melalui Jejaring Sosial). 


Si Penanya : Berapakah Jumlah mereka Datuk?


Si Kepala Suku : Jumlah mereka kira-kira hampir sama dengan jumlah Serangga di Planet kita atau Jumlah Bintang-Bintang di Langit (yang dimaksudkan oleh si Kepala Suku adalah sekitar Milyaran jumlah mereka - Manusia Bumi). 


Si Penanya : Bagaimanakah caranya agar kita bisa kesana?


Si Kepala Suku : Kita harus bisa Terbang dengan Kecepatan yang menyamai Kecepatan Cahaya.

Itulah sebuah Percakapan seorang Kepala Suku dengan Rakyatnya di sebuah Planet nun jauh di sana dan semua itu menunjukan bahwa sebenarnya Keberadaan kita di Alam Semesta ini,tak seistimewa yang kita bayangkan sebelumnya.


Kita bak kawanan Semut di Atas sebuah Gedung Pencakar Langit

Beberapa Semut atau sekawanan Semut yang sedang berada di atas Gedung Pencakar Langit,biasanya berpikir bahwa mereka satu-satunya Bangsa Semut di Dunia ini dan karena Alam Semesta ini sangat luas keberadaan kita di Alam Semesta ini bak Sekawanan Semut tersebut.


Bagi orang-orang yang sedang melakukan Penyelidikan untuk menemukan Bentuk Kehidupan seperti di Bumi,tapi di Planet lain janganlah Berkecil Hati,karena sebenarnya mereka pun berpikir sama dengan kita (secara Kuantum)



Catatan Kaki : Kuantum/Quantum = Irama Alam Semesta atau Bergerak berdasarkan Irama Alam Semesta,Kecepatan Cahaya/C = 299.700 km perdetik (di Ruang Hampa dengan Pengaruh Gaya Tarik Bumi) dan 300.000 km perdetik (di Ruang Hampa tanpa Pengaruh Gaya Tarik Bumi),Terawang/Terawangan = Memindai,Melihat dan Mendengar sesuatu dengan Indera keenam.
< >

Menyigi Ujian Nasional

Aku selalu bertanya mengapa Ujian Nasional sangat Heboh,sampai diperlukan Pengawalan oleh Polisi-Polisi? Dan beberapa Pelajar sampai sangat Tertekan dan bahkan pergi ke Kuburan Keramat pula (untuk meminta Petunjuk) :-) 

Apakah di Masa Lampau Pendidikan di Indonesia sampai Seheboh ini? Jawabannya tidak (khususnya di Masa Kekuasaan Kerajaan Belanda). Buktinya adalah Ibuku yang bisa bercakap Bahasa Belanda,Palembang dan Banjar (keduanya adalah Dialek Bahasa Melayu). Ibuku bisa bercakap dalam Bahasa Melayu Palembang,karena Beliau meskipun Orang Medan,tapi Beliau lama bermukim di Kota Palembang,kemudian Ibuku ikut kedua orang tuanya ke Borneo Tengah (karena Ayahnya yang adalah seorang Polisi bertugas di sana pada sekitar Tahun 50-an),karena itulah Ibuku bisa bercakap dalam Bahasa Banjar. Dan kebanyakan Anggota Keluargaku yang mengalami Pendidikan di Masa Lampau (Masa Kekuasaan Kerajaan Belanda dan Pada Masa Awal Kemerdekaan,sekitar Tahun 40-an,50-an dan 60-an),mereka bisa bercakap dalam lebih satu Bahasa Asing (Kakekku dari Pihak Ibuku,Beliau bisa Bercakap dalam 4 Bahasa Asing,yaitu Inggris,Belanda dan Jerman serta Perancis). 

Haruskah semua unsur Pendidikan di Negeriku,selalu mengikuti "Ketentuan Baku Yang Berasal Dari Jakarta"? Jawabanya adalah sama sekali tidak,karena setiap Daerah di Kepulauan Melayu/Nusantara ini mempunyai Ketentuan Baku Pendidikan yang berbeda-beda dan tak seharusnya diseragamkan pula.

Kemampuan atau Keahlian yang diperlukan di Papua.Maluku dan Pulau Mianggas,pastilah berbeda dengan yang diperlukan di Jakarta. 

Kesalahan Besar Dunia Pendidikan kita adalah berusaha menjadikan sebanyak-banyaknya Sarjana di Indonesia,tapi mereka hanya diajar atau diarahkan untuk menjadi Pegawai atau Karyawan yang baik (disebut pula "Link and Match"-terjemahan bebasnya adalah "Mengikuti Permintaan Pasar" :-) ).

Di Negeri yang hampir seluas Eropa,seperti Negeriku sebenarnya yang diperlukan adalah sebanyak-banyaknya Pengusaha atau Wiraswastawan,agar bisa memberikan Lapangan Pekerjaan sebanyak-banyaknya pula.

Jadi sebaiknya Ujian Nasional ditiadakan dan digantikan dengan Ujian yang disesuaikan dengan Keperluan Daerah-Daerah yang bersangkutan.



Catatan Kaki : Heboh atau Kehebohan berarti Kegemparan,Ujian Nasional dahulu dikenal pula sebagai Ebtanas - Evaluasi Belajar Tahunan Nasional dan Pulau Mianggas adalah sebuah Pulau yang berada di Perbatasan Indonesia dan Pilipina,Menyigi berarti Mengungkap atau Mencari Tahu
< >